Contoh Soal UKOM Keperawatan Medikal Bedah beserta Kunci Jawaban Edisi 189

10/09/2018 08:05:00 AM

Contoh Soal UKOM Keperawatan Medikal Bedah beserta Kunci Jawaban Edisi 189


Berikut ini adalah Latihan Uji Kompetensi Perawat (UKOM) Keperawatan Medikal Bedah / KMB bagian ke 189 beserta kunci jawabannya serta pembahasannya

Contoh Soal UKOM Keperawatan Medikal Bedah beserta Kunci Jawaban, UKOM KMB, Contoh UKOM KMB, Soal UKOM KMB, Soal UKOM Perawat
we are nursing, we must bring our Association of Nursing Indonesia become a good and better for future

Halo semuanya, apa kabar kalian semua, apakah siap untuk menghadapi uji kompetensi nanti, kalau siap tetap latihan yaa disini dan kalau belum siap maka harus lebih semangat lagi yaa belajar contoh soal UKOM dari kami disini, okeh langsung saja kali ini kami menyajikan contoh soal UKOM Keperawatan Medikal Bedah dan Kunci Jawabannya dibawah ini 


1. Seorang wanita cantik dan wajah yang rupawan berumur 25 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dan diagnosis glomerulonefritis kronik. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dikaji perawat senior yang sigap : pasien terlihat sesak, anoreksia, mulut dan nafasnya tercium bau ureum serta terdapat edema di seluruh tubuh terutama ekstermitas bawah dengan tingkat +3.
Apakah prioritas masalah keperawatan pada kasus di atas?

a. gangguan pertukaran gas O2 dan CO2
b. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. gangguan integritas kulit.
d. kelebihan volume cairan.
e. aktivitas intolerance.

Kunci Jawaban: d. kelebihan volume cairan.
Pembahasan:
Pada glomerulonefritis terjadi peningkatan permeabilitas membran filtrasi glomerulus, terjadi hypoalbuminemia dan penurunan tekanan osmotik koloid plasma sehingga ter jadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke insterstitial sehingga timbul edemadi berbagai bagian tubuh, yaitu edema paru-paru dan edema di seluruh tubuh. Kemudian akan terjadinya penurunan urine output, sehingga ureum dan kreatinin akan meningkat dalam darah. Oleh karena itu masalah utama keperawatan pada kasus di atas adalah kelebihan volume cairan (Kunci Jawaban D).

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Nursalam (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan (p.65 – 67), Jakarta, PT. Salemba Medika.
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



2. Seorang perempuan yang sudah berumur 63 tahun dirawat di Rumah Sakit karena mengeluh edema seluruh tubuh terutama ekstermitas bawah. Hasil pemeriksaan menunjukkan : pasien tampak sesak, konjungtiva anemis, mulut dan nafasnya tercium bau ureum, dan urine output 250 cc/24 jam. Pasien didiagnosis GGK.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien  tersebut?

a. intoleransi aktivitas
b. pola nafas tidak efektip
c. kelebihan volume cairan
d. penurunan perfusi jaringan
e. nutrisi kurang kebutuhan tubuh

Kunci Jawaban: c. kelebihan volume cairan
Pembahasan:
Pada pasien gagal ginjal kronik mengingat secara kondisi patofisiologi ginjal mengalami ketidakmampuan/kegagalan dalam melaksanakan salah satu fungsi eksresi yaitu membentuk dan membuang urine, maka akan timbul berbagai masalah secara sistemik terutama pada kelebihan volume cairan. Kemudian akan terjadinya penurunan urine output, se hingga ureum dan kreatinin akan meningkat dalam darah.  Oleh karena itu masalah utama keperawatan pada kasus di atas adalah kelebihan volume cairan (Kunci Jawaban C).

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen dokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3 (p.626 – 638), Jakarta, EGC.
  • Nursalam (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan (p.65 – 67), Jakarta, PT. Salemba Medika.
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



3. Seorang perempuan dengan usia 70 tahun dirawat di Rumah Sakit dan didiagnosis Gagal ginjal kronik. Hasil pemeriksaan fisik yaitu : pasien tampak sesak, posisi semi fowler, bunyi nafas ronchi dan terdapat edema anasarca. Urine output selama 24 jam adalah 300 cc dan BB = 50 Kg.
Berapakah jumlah maksimal cairan yang diberikan kepada pasien tersebut selama 24 jam?

a. 300 cc
b. 500 cc
c. 800 cc
d. 1000 cc
e. 1200 cc

Kunci Jawaban : c. 800 cc
Pembahasan:
Pada pasien gagal ginjal kronik mengingat secara kondisi patofisiologi ginjal mengalami ketidakmampuan/kegagalan dalam melaksanakan fungsi eksresi dan non eksresi nya, maka akan timbul berbagai masalah secara sistemik terutama pada kelebihan volume cairan. Untuk itu perlu pembatasan dalam pemberian cairan, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:  Jumlah intake = jumlah output + IWL Dengan rumus tersebut maka dapat diketahui jumlah cairan yang harus diberikan sesuai dengan vignette adalah: urine output 300 cc + IWL. IWL nya adalah 10 cc x BB 50 Kg (karena suhu tubuh dalam rentang rentang normal, yaitu 36,5 C sehingga tidak perlu ada penambahan). Sehingga jumlah cairan maksimal yang boleh diberikan adalah: 300 + 500 = 800 cc

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen dokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3 (p.626 – 638), Jakarta, EGC.
  • Nursalam (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan (p.65 – 67), Jakarta, PT. Salemba Medika.
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



4. Seorang pasien laki-laki bernama Mr. Setya Novantus dan sering dipanggil Setan umur 62 tahun dirawat di Rumah Sakit akibat Korupsi maling KTP dan sekarang tiba-tiba sulit untuk berjalan dan terjadi kelemahan di inferior ekstermitas dekstra. Pasien didiagnosis stroke infark. Hasil pengkajian diperoleh data:tingkat kesadaran stuporus, bunyi nafas terdengar ngorok, malaise tubuh di dekstra (hemiparase), reflek swallow menurun dan terdapat parese pada otot wajah.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?

a. bersihan jalan nafas tidak efektip.
b. gangguan perfusi jaringan otak.
c. kerusakan komunikasi verbal
d. kerusakan mobilisasi tubuh
e. gangguan asupan nutrisi.

Kunci Jawaban: b. gangguan perfusi jaringan otak.
Pembahasan:
Pasien stroke infark mengalami penurunan suplai darah ke otak akibat adanya penyumbatan trombus atau embolus sehingga menyebabkan hipoksia jaringan otak, dan kerusakan/ menurun nya fungsi neuron pada bagian wilayah otak tertentu. Hal ini dimanifestasikan dengan penurunan kesadaran (stuporus), kehilangan fungsi motorik dan wicara. Penurunan kesadaran dapat menyebabkan hilangnya kontrol terhadap pergerakan lidah dan pengeluaran saliva sehingga pasien akan mengalami sumbatan jalan nafas atas yang dimanifestasikan dengan bunyi nafas ngorok. Semua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena kerusakan fungsi neuron di otak akibat
dari kurang/tidak adanya suplai darah  ke otak. Dengan demikian masalah utama pada pasien stroke infark adalah gangguan perfusi jaringan otak.

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen dokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3 (p.626 – 638), Jakarta, EGC.
  • Fransisca B. Batticaca (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem persyarafan, (p.55 - 66) Jakarta, PT. Salemba Medika
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



5. Seorang laki-laki dengan umur 57 tahun dirawat di Rumah Sakit karena menderita stroke hemorragi. Hasila pengkajian yaitu : tingkat kesadaran koma (GCS 4), pupil mata anishokor, bunyi nafas terdengar snoring. Hasil pemeriksaan TTV yaitu TD = 210/130 mmHg,  HR = 115 kali/menit, RR = 39 kali/menit dan T = 38,1 C. Perawat akan memperbaiki posisi pasien yang aman dan nyaman bagi pasien.
Apakah posisi yang paling tepat untuk  pasien tersebut?

a. pasien diposisikan duduk
b. terlentang datar tanpa bantal.
c. miring ke kiri/ke kanan setiap 2 jam.
d. kepala lebih rendah 15 – 30  derajat tubuh pasien.
e. kepala lebih tinggi 15 – 30  derajat dari tubuh pasien

Kunci Jawaban: e. kepala lebih tinggi 15 – 30  derajat dari tubuh pasien
Pembahasan:
Pasien stroke perdarahan mengalami pecah pembuluh darah ke otak akibat tekanan darah yang tinggi, darah akan merembes masuk ke jaringan otak,  sehingga terjadilah edema otak dan timbullah peningkatan tekanan intra kranial. Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan adalah memberikan posisi yang tepat, yaitu dengan memposisikan kepala lebih tinggi 15 – 30  derajat dari tubuh pasien. Hal ini dilakukan untuk memperlancar venous return dari vena jugularis sehingga tidak menambah berat edema otak, kemudian  pada saat yang sama tidak memperberat beban jantung dalam memompa darah ke daerah otak.

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen dokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3 (p.626 – 638), Jakarta, EGC.
  • Fransisca B. Batticaca (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem persyarafan, (p.55 - 66) Jakarta, PT. Salemba Medika
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



6. Seorang perempuan dengan umur 37 tahun  dirawat di Rumah Sakit dan didiagnosis meningitis serosa. Dokter yang ingin memastikan diagnosis tersebut akan melakukan pemeriksaan lumbal punksi namun pasien langsung gelisah, pucat, tremor, menangis, histeris, dan menolak tindakan.
Apakah tindakan pertama yang harus perawat lakukan untuk menghadapi klien tersebut?

a. lapor kepada dokter penanggung jawab untuk memberikan obat penenang.
b. biarkan klien untuk mengekspresikan keinginannya sampai klien tenang.
c. lakukan restrain supaya klien tidak gelisah dan berhenti menangis.
d. libatkan suami atau orang tua klien untuk menenangkan nya.
e. lakukan informed consent  kepada pasien

Kunci Jawaban: e. lakukan informed consent  kepada pasien
Pembahasan:
Meningitis adalah infeksi pada selaput pembungkus otak (meningen) yang disebabkan oleh karena adanya infeksi mikroorganisme yang terbawa secara hematogen ke dalam meningen. Infeksi ini menyebabkan peubahan dari cairan otak (liquor cerebro spinalis/LCS) yang mengalir pada ruang sub arachnoid. Untuk itu diperlukan pemeriksaan LCS ini dengan cara lumbal punksi. Sebelum tindakan lumbal punksi pasien terlebih dahulu harus diberikan informed consent agar pasien tersebut memahami maksud dan tujuan prosedur ini sehingga pasien bisa kooperatif dan tenang.

Rujukan:
  • Arif Muttaqin (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (p.202 - 208) Jakarta, PT.  Salemba Medika.
  • Doengoes, Moorhouse, Geissler, alih Bahasa: I Made Kariasa dam Ni Made Sumarwati, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pen dokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3 (p.626 – 638), Jakarta, EGC.
  • Fransisca B. Batticaca (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem persyarafan, (p.55 - 66) Jakarta, PT. Salemba Medika
  • Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 2 (p.1438 – 1441), Jakarta, EGC.



7. Seorang laki-laki umur 30 tahun dirawat di RS karena mengalami head injury (trauma kapitis). Pada saat dikaji pasien hanya dapat membuka mata dengan rangsang nyeri sambil tangannya berusaha menghindari rangsang nyeri dan pasien mengeluarkan suara yang tidak jelas atau mengerang.
Berapakah komposisi nilai GCS pasien tersebut?

a. E1 M2 V1
b. E1 M2 V3
c. E2 M4 V2
d. E3 M4 V3
e. E2 M5 V5

Kunci Jawaban: C
Rasional : Cukup Jelas E2 M4 V2 (ingat rumus GCS)


Sumber :  www.perawatkitasatu.com dan Pedoman UKOM Perawat Indonesia

Baca Juga :

Demikianlah artikel kami yang membahas mengenai Contoh Soal UKOM Keperawatan Medikal Bedah beserta Kunci Jawaban Edisi 189 ini, semoga apa yang kami berkan dan sajikan ini bermanfaat bagi teman-teman semua yaa.

0 komentar